Rabu, 31 Maret 2010

Memenage diri sendiri?

Seringkali kita berbicara tentang "merebut kota", misi, penjangkauan dan istilah "peperangan" lainnya, tapi alangkah baiknya kita memperhatikan sisi "menguasai dirinya". Adalah hal yang bijaksana apabila kita semua mempertanyakan sejauh mana kita menguasai diri kita sebelum buru-buru bergerak merebut kota. Dalam kekristenan, karakter akan menjadi kunci seluruh kemenangan kita. Bahkan orang yang sabar kualitasnya dianggap melebihi seorang pahlawan, juga orang yang menguasai dirinya prestasinya tersebut dianggap lebih daripada orang yang merebut kota.
Belajar menangani diri kita sebenarnya adalah pembelajaran awal dan langkah bijak bagaimana menangani kota kita. Alkitab juga mengingatkan kita: "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak". (1 Korintus 9:27).
Jelaslah bahwa sandungan dalam pemberitaan Injil pun adalah perihal penguasaan diri. Yang tentunya akan melahirkan pemahaman bahwa sesungguhnya kehidupan kita "menginjil" lebih keras ketimbang pemberitaan kita.
Waktu orang banyak menemukan Yesus, maka Yesus berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang … Aku-lah roti hidup …" (Yohanes 6:26,35).
Orang-orang mencari Yesus karena mereka "kenyang" dengan "memakan" kehidupan Yesus lebih daripada sekadar karena mereka telah menerima khotbah atau tanda-tanda dari Yesus.
Yesus berkata "Belajarlah kepada-Ku karena Aku lemah lembut dan rendah hati" (Matius 11:29).Untuk menghasilkan kualitas rohani yang lemah lembut dan rendah hati tentulah melalui fase penguasaan diri yang tidak sebentar dan mudah. Lemah lembut berarti kemampuan untuk tidak membalas, hati yang tidak keras tapi luwes kepada perubahan yang Tuhan inginkan, dan lemah lembut juga berarti menyerahkan hak-hak kita. Sedangkan rendah hati berarti ketergantungan penuh kepada Allah. Seberapa penguasaan diri kita saat diserang dan kehilangan hak-hak kita? Seberapa penguasaan diri kita dalam area keuangan, kepahitan dan kenajisan?
Dalam 2 Timotius 3:2-5 disebutkan serentetan syarat penilik jemaat, hampir semuanya adalah persyaratan karakter yang membutuhkan pengendalian diri, seperti: dapat menahan diri, sopan, bukan pemarah, pendamai, bukan hamba uang, dan sebagainya. Dalam suratnya kepada Timotius tersebut Paulus juga menuliskan: "Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus jemaat Allah?". Itu berarti juga bahwa keberhasilan pelayanan di tengah jemaat sangat bergantung kepada kepemimpinan dan penguasaan diri kita di tengah-tengah keluarga. Hampir sebagian besar dari kita berhasil menguasai diri saat berada di mimbar gereja atau di tempat-tempat pelayanan lainnya dan bukan saat di tengah keluarga. Seringkali mimbar dan aktifitas pelayanan merupakan tempat yang efektif untuk lari dan bersembunyi dari hal-hal yang kita sendiri tidak dapat kuasai, yakni diri kita.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

terima kasih

Posting Komentar

PANDUAN SINGKAT PEMBUATAN PUPUK HAYATI BONGGOL PISANG UNTUK KESUBURAN TANAH Terima kasih kepada abanganda YM Tonny Saritua Purba (Penyuluh ...