Rabu, 31 Maret 2010

Memenage diri sendiri?

Seringkali kita berbicara tentang "merebut kota", misi, penjangkauan dan istilah "peperangan" lainnya, tapi alangkah baiknya kita memperhatikan sisi "menguasai dirinya". Adalah hal yang bijaksana apabila kita semua mempertanyakan sejauh mana kita menguasai diri kita sebelum buru-buru bergerak merebut kota. Dalam kekristenan, karakter akan menjadi kunci seluruh kemenangan kita. Bahkan orang yang sabar kualitasnya dianggap melebihi seorang pahlawan, juga orang yang menguasai dirinya prestasinya tersebut dianggap lebih daripada orang yang merebut kota.
Belajar menangani diri kita sebenarnya adalah pembelajaran awal dan langkah bijak bagaimana menangani kota kita. Alkitab juga mengingatkan kita: "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak". (1 Korintus 9:27).
Jelaslah bahwa sandungan dalam pemberitaan Injil pun adalah perihal penguasaan diri. Yang tentunya akan

Selasa, 30 Maret 2010

Kursi atau Salib?


Kursi dan salib adalah berasal dari bahan yang sama, yaitu kayu. Tapi fungsinya sudah jauh berbeda, bahkan tidak ada kedekatan satu sama lain. Kursi adalah tempat kita untuk duduk dengan santai, sementara salib adalah tempat seseorang untuk menjalani hukuman di masa dulu. Kursi sebuah benda yang berharga dan dicari-cari, sementara salib adalah sebuah benda yang dihindari. Sepintas, tidak ada hubungan satu dengan yang lainnya. Meskipun tidak ada tautan, tapi dalam hidup bergereja, ada banyak hal yang pantas kita renungkan dari kedua benda tersebut.

Senin, 15 Maret 2010

SULITKAH UNTUK MEMULAI KEMBALI?

        Sepasang suami istri baru saja menikah. Awal pernikahan mereka bahagia sekali, meskipun tinggal di sebuah desa kecil dan dalam gubuk yang sederhana, indah terasa dalam kebersamaan. Si suami bekerja sebagai seorang pemburu, dan istri bekerja sebagai petani. Mereka tidak kurang soal pangan, lauk pauk dari hasil buruan suami dan sayur mayur dipetik dari ladang si istri.Suatu ketika di tahun ke lima pernikahan mereka, terjadi suatu pertengkaran.... mereka saling diam... dan itu terus berkelanjutan hingga berminggu-minggu.. hingga mereka merasa lelah.... (memang diam itu adalah emas, tapi terlalu lama 'diam-diaman' ternyata melalahkan juga) Hebatnya, tidak ada yang mau mengalah dan memulai pembicaraan, meskipun sebenarnya sudah rindu.. Seolah kehabisan cara untuk memulai.... dan ini berlarut-larut hingga suatu ketika ada jalan yang tak pernah dipikirkan oleh mereka berdua.

        Suatu waktu si suami pulang dari perburuannya dengan senang hati membawa seekor tranggiling, baru ini pertama kali dia mendapat binatang jenis seperti itu (sebangsa kadal memiliki sisik yang keras ; katanya sisiknya digunakan sebagai bahan mentah kaset CD). Tapi kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Setibanya di rumah suasan menjadi lain, kembali ada suasana diam, bekerja sendiri-sendiri, masak sendiri. Sang suami pun mulailah mengolah hasil buruannya (tranggiling). Nampaknya dia kesulitan untuk mengeluarkan sisik yang membungkus badan tranggiling itu, karena dia selalu mengikisnya searah dengan sisik tersebut. Dengan pisau, tidak bisa. Diambil cangkul.. tetap tidak bisa.. hingga akhirnya dia mengambil kapak sebagai alatnya untuk mengikis.... tapi toh tidak membuahkan hasil. Hasil buruan itu tetap utuh meskipun sudah berjam-jam. Dia kelelahan dan lapar.. (kasihan si suami..). Mau minta tolong sama istri... malu dong! Si istri sudah makan dan sudah kenyang. Dia sebenarnya terus dari tadi memperhatikan tingkah si suami. Dan dia merasa kasihan... tapi untuk terjun menolong... gensi dong! biarin aja... pikir sang istri... tapi karen hingga jam 10 malam tidak ada hasil, sang istri pun luluh dan segera bertindak. Tapi dengan cara apa ya? San istripun mulai berpikir.... dan berpikir... Ohh ada cara... Dia pun berbicara sendiri kepada dingding (dalam bahasa Simalungun) "Ai o ale dingding.... anggo mangkuliti tanggiling.... suhar do ibahen" (Hai dingding.... kalau mengikis kulit/sisik tranggiling... caranya adalah terbalik..). Ada suara yang sudah lama dirindukan snag suami... dan itu menyatakan sebuah kebenaran. Dia langsung mencoba menggunakan pisau mengikis sisik tranggiling dengan posisi terbalik... dan sisiknya pun mulai terkelupas... Anehnya si suami meninggalkan tranggiling tsb dan langsung menjumpai istrinya.... dan memohon maaf... Mereka langsung berpelukan dalam kerinduan.... selanjutnya terserah anda... kasihan tranggiling... jadi terlantar.

        Saudara yang terkasih, begitu sulitnya mereka rujuk kembali... untunglah ada tranggiling... tapi bagi kita semua, janganlah kiranya tranggiling yang mempersatukan kita, tapi biarlah Kristus Raja Gereja yang membuat kita mampu saling merendah dan berpikir untuk kebersamaan.
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5 ; baca ayat 5-11). Syalom

PANDUAN SINGKAT PEMBUATAN PUPUK HAYATI BONGGOL PISANG UNTUK KESUBURAN TANAH Terima kasih kepada abanganda YM Tonny Saritua Purba (Penyuluh ...