Senin, 15 Maret 2010

SULITKAH UNTUK MEMULAI KEMBALI?

        Sepasang suami istri baru saja menikah. Awal pernikahan mereka bahagia sekali, meskipun tinggal di sebuah desa kecil dan dalam gubuk yang sederhana, indah terasa dalam kebersamaan. Si suami bekerja sebagai seorang pemburu, dan istri bekerja sebagai petani. Mereka tidak kurang soal pangan, lauk pauk dari hasil buruan suami dan sayur mayur dipetik dari ladang si istri.Suatu ketika di tahun ke lima pernikahan mereka, terjadi suatu pertengkaran.... mereka saling diam... dan itu terus berkelanjutan hingga berminggu-minggu.. hingga mereka merasa lelah.... (memang diam itu adalah emas, tapi terlalu lama 'diam-diaman' ternyata melalahkan juga) Hebatnya, tidak ada yang mau mengalah dan memulai pembicaraan, meskipun sebenarnya sudah rindu.. Seolah kehabisan cara untuk memulai.... dan ini berlarut-larut hingga suatu ketika ada jalan yang tak pernah dipikirkan oleh mereka berdua.

        Suatu waktu si suami pulang dari perburuannya dengan senang hati membawa seekor tranggiling, baru ini pertama kali dia mendapat binatang jenis seperti itu (sebangsa kadal memiliki sisik yang keras ; katanya sisiknya digunakan sebagai bahan mentah kaset CD). Tapi kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Setibanya di rumah suasan menjadi lain, kembali ada suasana diam, bekerja sendiri-sendiri, masak sendiri. Sang suami pun mulailah mengolah hasil buruannya (tranggiling). Nampaknya dia kesulitan untuk mengeluarkan sisik yang membungkus badan tranggiling itu, karena dia selalu mengikisnya searah dengan sisik tersebut. Dengan pisau, tidak bisa. Diambil cangkul.. tetap tidak bisa.. hingga akhirnya dia mengambil kapak sebagai alatnya untuk mengikis.... tapi toh tidak membuahkan hasil. Hasil buruan itu tetap utuh meskipun sudah berjam-jam. Dia kelelahan dan lapar.. (kasihan si suami..). Mau minta tolong sama istri... malu dong! Si istri sudah makan dan sudah kenyang. Dia sebenarnya terus dari tadi memperhatikan tingkah si suami. Dan dia merasa kasihan... tapi untuk terjun menolong... gensi dong! biarin aja... pikir sang istri... tapi karen hingga jam 10 malam tidak ada hasil, sang istri pun luluh dan segera bertindak. Tapi dengan cara apa ya? San istripun mulai berpikir.... dan berpikir... Ohh ada cara... Dia pun berbicara sendiri kepada dingding (dalam bahasa Simalungun) "Ai o ale dingding.... anggo mangkuliti tanggiling.... suhar do ibahen" (Hai dingding.... kalau mengikis kulit/sisik tranggiling... caranya adalah terbalik..). Ada suara yang sudah lama dirindukan snag suami... dan itu menyatakan sebuah kebenaran. Dia langsung mencoba menggunakan pisau mengikis sisik tranggiling dengan posisi terbalik... dan sisiknya pun mulai terkelupas... Anehnya si suami meninggalkan tranggiling tsb dan langsung menjumpai istrinya.... dan memohon maaf... Mereka langsung berpelukan dalam kerinduan.... selanjutnya terserah anda... kasihan tranggiling... jadi terlantar.

        Saudara yang terkasih, begitu sulitnya mereka rujuk kembali... untunglah ada tranggiling... tapi bagi kita semua, janganlah kiranya tranggiling yang mempersatukan kita, tapi biarlah Kristus Raja Gereja yang membuat kita mampu saling merendah dan berpikir untuk kebersamaan.
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5 ; baca ayat 5-11). Syalom

6 komentar:

CUM TALENTA mengatakan...

Mantap brooooo, lanjutkan

Anonim mengatakan...

Mantap

asap mengatakan...

thanks

Anonim mengatakan...

Cerita yg membri teladan...

Anonim mengatakan...

Seandainya semua orang tidak hanya berhenti pada pikiran & hati saja unt berdamai tapi melakukanya, alangkah sehatnya dunia ini!

asap mengatakan...

thanks

Posting Komentar

PANDUAN SINGKAT PEMBUATAN PUPUK HAYATI BONGGOL PISANG UNTUK KESUBURAN TANAH Terima kasih kepada abanganda YM Tonny Saritua Purba (Penyuluh ...