Selasa, 18 Maret 2014

DALAM FIRMAN TUHAN ADA HIDUP YANG BARU



Bacaan : Mazmur 119 : 33 – 40
Pendahuluan
           
            Tentu kita mempunyai sesuatu hal atau benda yang kita pandang berharga dalam hidup ini. Misalkan itu sebuah buku. Apabila kita mempunyai sebuah buku dari penulis yang kita gemari, kita pasti sangat menjaganya agar tidak rusak atau hilang, Isinya juga bagus sehingga bisa saja kita mebacanya secara berulang-ulang. Isi dan gagasan dari buku ini sedikitnya pasti mempengaruhi pola pikir, dan mungkin gaya hidup kita. Dalam Mazmur 119 ini pemazmur menyatakan kecintaannya kepada Taurat Tuhan. Itu baginya sebuah hal yang amat berharga, lebih berharga dari segalanya. Baginya, semua itu adalah anugerah atau pemberian Allah yang membimbing langkahnya sepanjang hari. Kesaksian-kesaksiannya akan kuasa Firman Tuhan dipaparkan secara indah dalam Mazmur 119 ini. Firman Tuhan disajikan tersusun sesuai abjad Ibrani ; setiap bagian yang terdiri dari 8 ayat, selalu diawali dengan huruf Ibrani (22 huruf) dari bagian pertama hingga terakhir.  Dan setiap ayat dalam bagiannya selalu dimulai dengan huruf yang sama.  Belajar dari apa yang diungkapkan pemazmur ini, ada kesan bahwa Firman Tuhan itu amat meliputi seluruh hal dalam hidupnya. Keteraturan mengungkapkanya melalui susunan abjad Ibrani memberi arti bahwa hidup dalam lingkup Firman Tuhan pasti akan member dampak hidup yang teratur bagi orang yang menyukainya. Agaknya, penyusunan itu juga memberi kesan bahwa kuasa Firman Tuhan meliputi seluruh keadaan yang di alami manusia dari A sampai Z. Setiap bagian dari persoalan-persoalan yang dihadapinya di dunia ini telah dan akan selalu diterangi oleh Firman Tuhan. Begitulah berharganya Firman Tuhan dalam hidupnya, sehingga akan dijaga supaya tetap indah dan menarik.


Penjelasan Teks
            Ungkapan “berbahagialah” pada awal Mazmur 119 (ay.1) ini mengandung tujuan dari hidup di dalam Firman Allah. Itu bukan terjadi pada pemazmur saja, tapi terbuka untuk semua orang yang menghidupinya. Tentu ini bukan berarti bahwa orang yang hidup dalam Firman Tuhan adalah orang yang terlepas dari persoalan, tapi justru sebaliknya. Bila kita secara cermat membaca Mazmur 119, akan terasa bahwa ungkapan ini muncul ketika si pemazmur telah mengalami banyak tantangan demi tantangan dalam hidupnya. Ada musuh yang terus mengejar dan mendesak dia untuk meninggalkan Firman Tuhan. Ada banyak tekanan yang terus berusaha menciutkan hidupnya. Ada banyak tawaran-tawaran dunia yang terus menerus mengganggu keakrabannya dengan Tuhan. Seolah semua itu sedang manjanjikan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun sikapnya yang bertahan terus hidup dalam ajaran Tuhan (yang berisi petunjuk, ketetapan, taurat, hukum, perkataan, kesaksian, atau perintah Tuhan) semakin meyakinkannya bahwa ketika terus ‘diajari’ oleh Firman Tuhan, maka Tuhan sedang menjelaskan, bukan hanya saat-saat getir yang dihadapinya, tapi Tuhan juga sedang menjelaskan hingga akhir dari kepahitan itu sendiri bahwa akan ada kebahagiaan di dalam Tuhan.
           
            Pemazmur berkata : “perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN..”. Dalam bahasa Inggris (KJV), kata ini adalah ‘Teach me..’ yang berarti ‘ajari aku..’. Dalam pengertian asli adalah ‘mengalir seperti air’. Tentu, air mengalir dari tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Ajaran tentang hidup dipahami sebagai sesuatu yang dialirkan Tuhan ke bawah bagi orang-orang yang setia melakukan petunjuk-petunjukNya. Demikianlah pemazmur berharap supaya pengajaran yang dari atas terus mengalir ketika ia menghadapi setiap persoalan dalam hidupnya. Petunjuk ketetapan-ketetapan TUHAN berkaitan dengan jalan (derek) hidup memberi peran dalam mengarahkan hidupnya ke arah kehendak Tuhan. Demikian juga tentang taurat Tuhan, ini tidak dapat dilakukan tanpa ada pengertian yang berasal dari Tuhan, sehingga hidupnya dapat menurut kepada petunjuk perintah-perintah Tuhan.
           
            Di dalam membaca, mendengarkan dan melakukan Firman Tuhan kita membutuhkan ‘pengertian’ (understanding) yang berasal dari Tuhan. Pemazmur menyadari bahwa sember dari pengertian itu adalah Allah. FirmanNya tidak dapat dipahami hanya oleh pengetahuan manusia saja. Memang untuk menganalisa maksud-maksudNya, Tuhan juga telah menitipkan kepada kita pikiran. Namun itu tidak cukup. Kita butuh ‘pengertian’ dari Tuhan. Sama seperti ketika kita sudah memahami pekerjaan orang tua kita. Mungkin kita bisa menjelaskan apa-apa saja tanggung jawab dan peran seorang bapak atau ibu kita, namun untuk mengerti, memahami atau merasakan apa yang sedang diharapkan oleh orang tua, kita pasti butuh pengertian yang hanya dapat muncul apabila ada ‘hubungan’ yang terus menerus dengan mereka. Arti yang seperti inilah yang diperlukan sesorang sungguh-sungguh mengerti kehendak FirmanNya. Hanya dengan ini kita dapat ‘hidup menurut petunjuk perintah-perintahNya’ (ayat 35).
           
            Apa yang dimohonkan pemazmur ‘condongkanlah hatiku pada peringatan-peringatanMu, dan bukan pada laba’ sebenarnya adalah sedang membicarakan antara kekuatan dan tawaran-tawaran yang sering melemahkan. Ada saja selalu godaan terhadap laba yang lebih (keinginan untuk kaya tanpa perduli dengan peringatan Tuhan). Laba (kekayaan) bukanlah hal yang salah, tapi hidup yang digerakkan oleh laba lah yang perlu dihindari. Bisa saja kita menghalalkan segala cara ketika hati kita sudah dikuasai oleh keinginan memiliki harta. Tidak perlu heran bila korupsi merajalela, penindasan terjadi di mana-mana. Tentu bila hati kita selalu dicondongkan kepada peringatanNya, maka itulah yang menjadi alat control supaya kita tidak terjatuh oleh karena kemilau harta benda di dunia ini. Laba itu adalah alat dalam hidup, bukan segalanya. Ketika jatuh kepada pemahaman yang keliru terhadap laba, maka jelaslah mata kita akan terjebak melihat sesuatu yang menurut kita indah, tapi sebenarnya itu adalah ‘hal yang hampa’. Yang kosong, yang tidak dapat memberikan kebahagiaan sejati dalam hidup ini. Begitu beratnya memisahkan antara hati yang condong kepada peringatan Tuhan dengan keinginan akan laba, sehingga hanya dengan mengingat janji-janjiNya kita boleh bertahan dalam kehendakNya. Kerinduan pemazmur adalah supaya Tuhan memberikan suatu hidup baru, hidup yang dijalani dalam keadilan. Sebab keadilan itu hanya mungkin terjadi apabila orang-orang mencintai keadilan Tuhan.
           
Renungan
            Zaman ini ditandai dengan kemajuan sangat pesat dalam berbagai hal. Bukan hanya tekhnologinya, tapi dampak yang ditimbulkannya pun bergam-ragam. Yang semula dipikirkan hanya sebagai alat, kemudian itu berubah menjadi kesenangan semu. Apa yang dulu dicita-citakan membuat manusia bahagia, ternyata menjadi seuatu yang ‘membahayakan’ hidup manusia. Di dunia internet yang serba bebas ini, ternyata manusia juga terpengaruh untuk bebas. Semua serba bebas, serba cepat/praktis tanpa mengingat aturan Tuhan. Aturan-aturan yang ada pun menjadi suatu hal yang dibenci, karena dianggap membatasi ruang gerak. Apa yang dikembangkan di dunia ini tidak cukup untuk menjadi ‘tembok’ terhadap musuh-musuh iman. Kita perlu tetap memohon supaya ada kekuatan untuk ‘mengerti’ Firman Tuhan di setiap zaman yang kita lalui. Amen

Pdt.Aman Saud Purba
Khotbah Evanggelium Minggu 23 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PANDUAN SINGKAT PEMBUATAN PUPUK HAYATI BONGGOL PISANG UNTUK KESUBURAN TANAH Terima kasih kepada abanganda YM Tonny Saritua Purba (Penyuluh ...