Bacaan : 1 Korintus 13 : 10 – 13
Pendahuluan
Kesan yang langsung terasa dalam membaca 1 Korintus 13
adalah bahwa Paulus sedang berbicara tentang kasih. Memang benar Paulus sedang
membicarakan kasih, namun sebenarnya dia sedang mengungkapkan banyak hal-hal
dalam kekristenan. Dia juga sebenarnya sedang meneruskan pembicaraan tentang
karunia-karunia yang diberikan Tuhan kepada setiap orang percaya (bandingkan 1
Korintus 12). Di sini Paulus sedang memperbandingkan karunia-karunia itu dengan
kasih. Paulus juga bukan alergi dengan karunia-karunia, sebab ia sangat hangat
membicarakan itu terhadap jemaat yang ada di Korintus. Yang dia pertentangkan bukan
soal penting tidaknya karunia-karunia roh, tetapi justru sedang berusaha supaya
apa yang sedang dilakukan oleh orang percaya menjadi utuh, tidak terpecah oleh
karena pemahaman yang keliru.
Ada
kecenderungan pamahaman bahwa karunia-karunia itu dipahami sebagai pembeda
kelas antara satu dengan yang lain di tengah-tengah jemaat. Ada karunia yang
dianggap besar, ada yang dianggap lebih kecil artinya bagi pertumbuhan jemaat.
Misalnya, karunia bernyanyi dianggap lebih kecil daripada karunia bernubuat.
Dalam pandangan Paulus, karunia-karunia itu bukan merupakan tujuan akhir dari
orang percaya, tapi itu adalah alat yang sedang diberikan Tuhan supaya seluruh
jemaat mengalami pertumbuhan. Ada hal yang lebih besar lagi daripada yang
sedang dipermasalahkan jemaat Korintus, yaitu bagaimana kita hidup menurut apa
yang dikehendaki oleh Kristus. Tujuan kita bukan hanya berhenti pada dunia di
mana kita hidup sekarang, tapi lebih lagi ada hidup yang kekal. Dalam hal
inilah Paulus mencerahkan iman jemaat Korintus supaya jangan puas akan hal-hal
yang sudah diberikan Allah saat di dunia ini saja.
Penjelasan Teks
Dalam hal inilah kita dapat
memahami apa yang ikatakan Paulus “tetapi bila yang sempurna itu tiba, maka
yang tidak sempurna itu akan lenyap.” (1 Kor 13:10). Pandangan yang lebih
popular di antara para ahli alkitab sepanjang Kekristenan menyebutkan bahwa
“yang sempurna” (teleios) itu mengacu pada kedatangan Yesus yang kedua –
Parousia yang dinanti-nantikan. Biasanya kata-kata yang berhubungan telos
(yang berarti ‘akhir’) dan teleo (mengakhiri’) digunakan sehubungan
dengan kedatangan Yesus yang kedua. Paulus sendiri menggunakan telos
ketika menyampaikan tentang kedatangan yang kedua di bagian lain di 1 Korintus
(1:8; 15:24), tampaknya lebih tepat memahami teleion di ayat 10 untuk
memaknai “yang sempurna” akan tiba pada kedatangan Yesus yang kedua (parousia). Sepertinya
tidak ada tanda-tanda kalau Parousia ada dalam
benak Paulus di sini. Namun,
Paulus tidak sedang membicarakan kasih itu sendiri. Dia
membicarakan tentang kasih pada konteks karunia. Fokusnya adalah
karunia. Bila fokusnya adalah karunia maka dimungkinkan bila Paulus
mengacu Parousia sebagai waktu di mana karunia-karuni itu sudah tidak
relevan lagi, tidak ada lagi
gunanya. Dikatakan dalam 1 Korintus 13:8–9 “Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan
berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan
kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.”
Kata ‘yang sempurna’ juga memiliki makna kesempurnaan atau
kedewasaan. Makna itu kemudian mengalir ke dalam ayat berikut yang berarti
menanggalkan hal-hal yang kekanak-kanakan. Ayat 11 “Ketika aku kanak-kanak, aku
berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir
seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan
sifat kanak-kanak itu.”. Seseorang pasti sedang terus meninglkan masa
kanak-kanaknya dan sedang menuju
kepada kedewasaan. Tujuannya sebagaimana
dinyatakan di Kolose adalah “bahwa kita boleh menampilkan setiap
orang sempurna dalam Yesus Kristus.” (Kol. 1:28-29) – kata yang sama
yang kita temukan di 1 Kor 13:10.
Orang Yahudi memahami bahwa pengetahuan yang sempurna
akan muncul saat kebangkitan, yaitu ketika bergabungnya tubuh dan jiwa. Pada
saat itu anak-anak manusia akan memperoleh "pengetahuan sempurna".
Konsep inilah yang Paulus ekspresikan di sini dalam istilah yang sama persis.
Pengetahuan yang sempurna akan Allah dan segala rahasia kerajaan surga tidak
akan terjadi dalam kehidupan ini tetapi dalam kehidupan yang akan datang
itu. Hal itu akan terjadi ketika Kristus kembali. Dalam hal inilah
kita lebih mengerti bahwa bahasa roh, nubuat dan pengetahuan akan lenyap ketika
“yang sempurna” telah tiba. Kemudian di
ayat-ayat berikutnya dia menyampaikan kita akan “melihat langsung”
bukan lagi samar-samar seperti yang iungkapkan dalam ayat 12 : “Karena sekarang kita melihat dalam
cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka
dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti
aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”
Apa yang kita lakukan di dunia ini dengan karunia bahasa
roh, nubuat atau pengetahuan adalah penting. Semua karunia akan lenyap ; bukan
hanya nubuat, bahasa roh dan pengetahuan –tetapi semua perwujudan
karunia. Paulus memilih ketiga karunia itu untuk mewakili seluruh daftar
perwujudan karunia. Dengan menyadari bahwa semua itu akan lenyap, kita akan
tahu bagaimana kita harus menggunakannya dengan baik dan memanfaatkannya untuk
kesatuan tubuh yang benar. Bukan hanya itu, perwujudan karunia yang
tersedia bagi gereja akan memampukan gereja untuk lebih efektif dalam
menunjukkan pada dunia bahwa kerajaan Allah telah tiba. Demikianlah hal-hal itu
(iman, penharapan dan kasih) akan tetap tinggal dalam kita selama di dunia ini,
tapi yang terbesar adalah kasih. Itulah yang terus dilakukan oleh Gereja di
dunia ini hingga akhir zaman, ketika Dia datang untuk kedua kali.
Renungan
Pekerjaan
Gereja di dunia ini tidak akan pernah berakhir sebelum ‘yang sempurna’ itu
tiba. Meski belum terjadi, namun saat itu pasti datang. Gereja harus secara
terus menerus menyatakan karunia-karunia yang diberikan Tuhan. Meskipun itu
juga akan lenyap, namun itulah yang memberi pertumbuhan pengenalan akan Tuhan.
Di antara banyak tantangan yang kita hadapi saat berada di dunia ini, di
sanalah kita memanfaatkan karunia-karunia itu sebaik-baiknya hingga saat
terakhir. Meski tidak lengkap, tapi Tuhan sedang mempersiapkan kita mananti
‘yang sempurna” itu. Yang sempurna (zaman kedatangan Kristus kedua) menjadi
titik awal bagi kita untuk melangkah. Orang percaya sedang bergerak dari akhir,
untuk terus mengevaluasi hidup kita sekarang. Kita tidak berhenti di satu
titik, tapi terus berjalan seturut dengan apa yang difirmankan oleh Tuhan.
Kesempurnaan kita adalah ketika kita terus ‘menuju’
kesempurnaan itu. Oleh karena itu teruslah berjalan hingga kita melihat
kesmpurnaan yang Tuhan janjikan, yaitu bersamanNya di kehidupan kekal.
Pdt.Aman Saud Purba
Khotbah Epistel Minggu 23 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar