Selasa, 18 Maret 2014

MENANTIKAN YANG SEMPURNA


Bacaan : 1 Korintus 13 : 10 – 13

Pendahuluan
Kesan yang langsung terasa dalam membaca 1 Korintus 13 adalah bahwa Paulus sedang berbicara tentang kasih. Memang benar Paulus sedang membicarakan kasih, namun sebenarnya dia sedang mengungkapkan banyak hal-hal dalam kekristenan. Dia juga sebenarnya sedang meneruskan pembicaraan tentang karunia-karunia yang diberikan Tuhan kepada setiap orang percaya (bandingkan 1 Korintus 12). Di sini Paulus sedang memperbandingkan karunia-karunia itu dengan kasih. Paulus juga bukan alergi dengan karunia-karunia, sebab ia sangat hangat membicarakan itu terhadap jemaat yang ada di Korintus. Yang dia pertentangkan bukan soal penting tidaknya karunia-karunia roh, tetapi justru sedang berusaha supaya apa yang sedang dilakukan oleh orang percaya menjadi utuh, tidak terpecah oleh karena pemahaman yang keliru.


            Ada kecenderungan pamahaman bahwa karunia-karunia itu dipahami sebagai pembeda kelas antara satu dengan yang lain di tengah-tengah jemaat. Ada karunia yang dianggap besar, ada yang dianggap lebih kecil artinya bagi pertumbuhan jemaat. Misalnya, karunia bernyanyi dianggap lebih kecil daripada karunia bernubuat. Dalam pandangan Paulus, karunia-karunia itu bukan merupakan tujuan akhir dari orang percaya, tapi itu adalah alat yang sedang diberikan Tuhan supaya seluruh jemaat mengalami pertumbuhan. Ada hal yang lebih besar lagi daripada yang sedang dipermasalahkan jemaat Korintus, yaitu bagaimana kita hidup menurut apa yang dikehendaki oleh Kristus. Tujuan kita bukan hanya berhenti pada dunia di mana kita hidup sekarang, tapi lebih lagi ada hidup yang kekal. Dalam hal inilah Paulus mencerahkan iman jemaat Korintus supaya jangan puas akan hal-hal yang sudah diberikan Allah saat di dunia ini saja.

Penjelasan Teks
Dalam hal inilah kita dapat memahami apa yang ikatakan Paulus “tetapi bila yang sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.” (1 Kor 13:10). Pandangan yang lebih popular di antara para ahli alkitab sepanjang Kekristenan menyebutkan bahwa “yang sempurna” (teleios) itu mengacu pada kedatangan Yesus yang kedua – Parousia yang dinanti-nantikan. Biasanya kata-kata yang berhubungan  telos (yang berarti ‘akhir’) dan teleo (mengakhiri’) digunakan sehubungan dengan kedatangan Yesus yang kedua. Paulus sendiri menggunakan telos ketika menyampaikan tentang kedatangan yang kedua di bagian lain di 1 Korintus (1:8; 15:24), tampaknya lebih tepat memahami teleion di ayat 10 untuk memaknai “yang sempurna” akan tiba pada kedatangan Yesus yang kedua (parousia). Sepertinya tidak ada tanda-tanda kalau Parousia ada dalam benak Paulus di sini.  Namun, Paulus tidak sedang membicarakan kasih itu sendiri.  Dia membicarakan tentang kasih pada konteks karunia.  Fokusnya adalah karunia.  Bila fokusnya adalah karunia maka dimungkinkan bila Paulus mengacu Parousia  sebagai waktu di mana karunia-karuni itu sudah tidak relevan lagi, tidak ada lagi gunanyaDikatakan dalam 1 Korintus 13:8–9 “Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.”

            Kata ‘yang sempurna’ juga memiliki makna kesempurnaan atau kedewasaan. Makna itu kemudian mengalir ke dalam ayat berikut yang berarti menanggalkan hal-hal yang kekanak-kanakan. Ayat 11 “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.”. Seseorang pasti sedang terus meninglkan masa kanak-kanaknya dan sedang menuju kepada kedewasaan. Tujuannya sebagaimana dinyatakan di Kolose adalah “bahwa kita boleh  menampilkan setiap orang sempurna dalam Yesus Kristus.” (Kol. 1:28-29) – kata yang sama yang kita temukan di 1 Kor 13:10.  
            Orang Yahudi memahami bahwa pengetahuan yang sempurna akan muncul saat kebangkitan, yaitu ketika bergabungnya tubuh dan jiwa. Pada saat itu anak-anak manusia akan memperoleh "pengetahuan sempurna". Konsep inilah yang Paulus ekspresikan di sini dalam istilah yang sama persis. Pengetahuan yang sempurna akan Allah dan segala rahasia kerajaan surga tidak akan terjadi dalam kehidupan ini tetapi dalam kehidupan yang akan datang itu.  Hal itu akan terjadi ketika Kristus kembali.  Dalam hal inilah kita lebih mengerti bahwa bahasa roh, nubuat dan pengetahuan akan lenyap ketika “yang sempurna” telah tiba.  Kemudian di ayat-ayat berikutnya dia menyampaikan kita akan  “melihat langsung” bukan lagi samar-samar seperti yang iungkapkan dalam ayat 12 : “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”
           
            Apa yang kita lakukan di dunia ini dengan karunia bahasa roh, nubuat atau pengetahuan adalah penting. Semua karunia akan lenyap ; bukan hanya nubuat, bahasa roh dan pengetahuan –tetapi semua perwujudan karunia.  Paulus memilih ketiga karunia itu untuk mewakili seluruh daftar perwujudan karunia. Dengan menyadari bahwa semua itu akan lenyap, kita akan tahu bagaimana kita harus menggunakannya dengan baik dan memanfaatkannya untuk kesatuan tubuh yang benar.  Bukan hanya itu, perwujudan karunia  yang tersedia bagi gereja akan memampukan gereja untuk lebih efektif dalam menunjukkan pada dunia bahwa kerajaan Allah telah tiba. Demikianlah hal-hal itu (iman, penharapan dan kasih) akan tetap tinggal dalam kita selama di dunia ini, tapi yang terbesar adalah kasih. Itulah yang terus dilakukan oleh Gereja di dunia ini hingga akhir zaman, ketika Dia datang untuk kedua kali.
Renungan
            Pekerjaan Gereja di dunia ini tidak akan pernah berakhir sebelum ‘yang sempurna’ itu tiba. Meski belum terjadi, namun saat itu pasti datang. Gereja harus secara terus menerus menyatakan karunia-karunia yang diberikan Tuhan. Meskipun itu juga akan lenyap, namun itulah yang memberi pertumbuhan pengenalan akan Tuhan. Di antara banyak tantangan yang kita hadapi saat berada di dunia ini, di sanalah kita memanfaatkan karunia-karunia itu sebaik-baiknya hingga saat terakhir. Meski tidak lengkap, tapi Tuhan sedang mempersiapkan kita mananti ‘yang sempurna” itu. Yang sempurna (zaman kedatangan Kristus kedua) menjadi titik awal bagi kita untuk melangkah. Orang percaya sedang bergerak dari akhir, untuk terus mengevaluasi hidup kita sekarang. Kita tidak berhenti di satu titik, tapi terus berjalan seturut dengan apa yang difirmankan oleh Tuhan. Kesempurnaan kita adalah ketika kita terus ‘menuju’ kesempurnaan itu. Oleh karena itu teruslah berjalan hingga kita melihat kesmpurnaan yang Tuhan janjikan, yaitu bersamanNya di kehidupan kekal.

Pdt.Aman Saud Purba
Khotbah Epistel Minggu 23 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PANDUAN SINGKAT PEMBUATAN PUPUK HAYATI BONGGOL PISANG UNTUK KESUBURAN TANAH Terima kasih kepada abanganda YM Tonny Saritua Purba (Penyuluh ...